Kartini, dua tahun silam saya membaca surat-surat mu dalam habis gelap terbitlah terang. Hari ini, saya membuka kembali surat-surat mu itu. Tulisanmu sungguh menarik, gagasanmu tak lapuk ditelan waktu. Saya bisa membayangkan, andaikan kau hidup di masaku -yang disebut orang-orang sebagai era milenial karena saling terkoneksi, jempolmu akan menggores pada dinding facebook; twitter; instagram atau media sosial lainnya. Tidak lain, pasti tentang kegelisahan dan pemberontakanmu. Kau akan menggerutu disana. Di lain sisi, saya tidak bisa membayangkan ketika kamu berswafoto di beranda rumah Jepara itu. Tanpa efek 360 kecantikanmu tetap memancar. Kalau tidak berlebihan, boleh lah di bilang mengalahkan kelembutan bintang iklan sabun mandi. Akh. Kini, kau pun tak menyaksikan bagaimana semua orang mengharumkan namamu melebihi perempuan lainnya. Saya yakin sanjungan itu adalah rekaan mereka, dan bukan atas keinginanmu sendiri. "Selamat Hari Kartini," kata mereka suatu kali...
Menulis kisah nyata, merawat ingatan.