Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Membaca Surat dari RA. Kartini

Kartini, dua tahun silam saya membaca surat-surat mu dalam habis gelap terbitlah terang. Hari ini, saya membuka kembali surat-surat mu itu. Tulisanmu sungguh menarik, gagasanmu tak lapuk ditelan waktu. Saya bisa membayangkan, andaikan kau hidup di masaku -yang disebut orang-orang sebagai era milenial karena saling terkoneksi, jempolmu akan menggores pada dinding facebook; twitter; instagram atau media sosial lainnya. Tidak lain, pasti tentang kegelisahan dan pemberontakanmu. Kau akan menggerutu disana. Di lain sisi, saya tidak bisa membayangkan ketika kamu berswafoto di beranda rumah Jepara itu. Tanpa efek 360 kecantikanmu tetap memancar. Kalau tidak berlebihan, boleh lah di bilang mengalahkan kelembutan bintang iklan sabun mandi. Akh. Kini, kau pun tak menyaksikan bagaimana semua orang mengharumkan namamu melebihi perempuan lainnya. Saya yakin sanjungan itu adalah rekaan mereka, dan bukan atas keinginanmu sendiri. "Selamat Hari Kartini," kata mereka suatu kali...

Kala Bunga Menjelma Secercah Harapan

Berantakan. Pakaiannya kumal bak preman pasar, celananya di linting selutut, kulitnya hitam, ototnya kaku, rambutnya plontos. Dua tahun yang lalu, ia nekat meninggalkan istri dan anak perempuannya yang masih duduk di bangku SD. Pemicunya, utang. Mula-mula ke Ternate, lalu ke Merauke, setelah itu ke Manado sebelum akhirnya menjejakkan kaki di Kota Mamuju. Sore itu, menjelang magrib. Lembayung jingga masih menggantung di punggung Pantai Manakarra. Pemandangan ini membentuk oase yang membuat siapa saja tak mampu lepas dari perangkapnya, terutama bagi para penggemar senja. Tak jauh dari lokasi, sebuah gerobak bertengger di badan Jalan Ahmad Yani, Mamuju. Pemiliknya adalah Pak Bakio. Jika ditilik sekilas, jurang sosial antara gerobak dan arsitektur ruang publik di situ, menonjol dalam. Gerobak itu keropos dan teralinya karatan. Tidak ada roda pangayuh yang berpaut pada lingkaran gir seperti yang biasa kita temukan pada sepeda ataupun becak. Jadi, untuk menjalankannya harus dis...

Pria yang Teriris Karena Sepotong Roti

Matahari masih menggantung di punggung bukit, dia mengeluh kelaparan. Betapa anehnya, setahun ini melewati begitu banyak hari dengan perut kosong.  Kadangkala harus pulang tanpa membawa sepeser uang hasil dari mengemis. Kemudian terpaksa harus mengganjal perut dengan sisa air kemarin. Keadaan ini membuatnya terbiasa, seringkali berupaya menghibur diri untuk melupakan situasi yang dihadapinya. Meski jarang berhasil.  Salah satu nyanyian pelipurnya berbunyi; "Tanah airku Indonesia, disini tanah beli, disini air beli. Tanah airku Indonesia, disini kencing bayar, disini makan bayar," Dalam lamunannya, dia bingung pada siapa harus mengadu dan meminta pertolongan. Mengetuk pintu rumah pun tak sanggup, sebab untuk melakukannya diperlukan keberanian. Modal berani saja mungkin tak cukup. Sedangkan dia? membayangkan saja tak sanggup, apalagi melakukan. Beberapa kali matanya hanya mencuri pandang ke sebuah restoran. Pengendara yang melintasinya menimbang-nimbang unt...

Hujan dan Sisi Romantis Muhammad

Frasa tentang "sepiring berdua" sepertinya pas jika dilekatkan pada momen spiritual kali ini. Betapa tidak? mendengar kisah romantis Nabi Muhammad dalam semarak maulid tentu membuat hati siapa saja terkesima sekaligus berbunga-bunga. Minggu malam (17/12/17), langit yang disapu oleh gumpalan awan hitam menandakan musim hujan dipertengahan Desember ingin menyapa Kota Mamuju. Cuaca itu membuat para pengendara yang melintasi Jalan Sultan Hasanuddin tergesa-gesa mengebut gas. Sesekali ada yang berhenti sekadar mematuhi rambu lalulintas.  Seperti peribahasa, adakalanya kering dan adakalanya basah. Benar juga, sesaat kemudian gerimis tiba-tiba menyergap aspal. Di kanan dan kiri berjejer bangunan bisu. Tampak seluruh pintu rumah menutup rapat, takut kalau ada angin kencang menggemuruh.  Berbeda dengan bangunan lainnya, salah satu rumah yang letaknya persis di ujung jalan itu pintunya justru dibiarkan membuka. Papan alamat seukuran pembalut wanita menempel di salah satu t...