Skip to main content

Posts

Showing posts with the label CURHAT

A Procrastinating Feeling

Feelings are the most challenging battleground in life. It is a reciprocal sensation of wanting what is good for life, although it seems to be much easier to hide what's going on as we know the answer lies somewhere between emotion and complexity. A few years ago, in 2017 when I was texting each other with a female friend, there was a melodramatic word that she typed to me. "I feel procrastinating and I don't find someone to tell it," she said. Somehow I suddenly replied asking what the ‘procrastinating’ word means? As it was a new word I ever heard. I really didn’t have any assumption about that. Whether is it something to eat like a lollipop, something to do or something to hear? “What does it mean?,” so I asked. To put it simply as she explained, 'procrastination' word related to our thoughts and sense of emotions. It is likely similar to boredom, but not boredom that was understandably caused by, maybe we got tired of waiting, maybe we could ...

Rindu Tak Harus Menemukan

Kasihan! Merindukan, tapi tak sampai menemukan. Ungkapan tentang semua akan indah pada waktunya sepertinya pas jika dilekatkan pada sosoknya. Jumat malam. Kawasan Dayeuh Kolot, Bandung, tampak sepi. Di kejauhan hanya terdengar suara kodok dan gemercik gerimis malas yang berjatuhan pelan. Sementara itu, MR, yang menolak untuk disebutkan nama aslinya, bergegas membuat kopi. Di teras berukuran 4x5 meter itu, secangkir kopi menyertai suasana untuk menghayati sebuah lagu yang istilahnya, tak langsung tapi kena.  "Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku/di dalam hari-hari mu/bersama lagi... Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya/menahan rasa ingin jumpa" Demikian bunyi penggalan liriknya. Nampak mewakili perasaan pria berusia 22 Tahun ini. Sepintas, tiap liriknya menimbulkan tanya, tiap katanya bermakna ganda. Lalu, dengan rasa penasaran, tiba-tiba saja pertanyaan meluncur dari mulut MR: "Sebenarnya saya belum tahu persis apa maksudnya in...

Membaca Surat dari RA. Kartini

Kartini, dua tahun silam saya membaca surat-surat mu dalam habis gelap terbitlah terang. Hari ini, saya membuka kembali surat-surat mu itu. Tulisanmu sungguh menarik, gagasanmu tak lapuk ditelan waktu. Saya bisa membayangkan, andaikan kau hidup di masaku -yang disebut orang-orang sebagai era milenial karena saling terkoneksi, jempolmu akan menggores pada dinding facebook; twitter; instagram atau media sosial lainnya. Tidak lain, pasti tentang kegelisahan dan pemberontakanmu. Kau akan menggerutu disana. Di lain sisi, saya tidak bisa membayangkan ketika kamu berswafoto di beranda rumah Jepara itu. Tanpa efek 360 kecantikanmu tetap memancar. Kalau tidak berlebihan, boleh lah di bilang mengalahkan kelembutan bintang iklan sabun mandi. Akh. Kini, kau pun tak menyaksikan bagaimana semua orang mengharumkan namamu melebihi perempuan lainnya. Saya yakin sanjungan itu adalah rekaan mereka, dan bukan atas keinginanmu sendiri. "Selamat Hari Kartini," kata mereka suatu kali...