gambar diakses via google |
BANDUNG, -- Setiap cerita punya denyutnya. Itulah simpulan yang muncul setelah menyaksikan separuh filmnya. Tentu bukan perbandingan yang adil kalau disandingan dengan AADC atau pun Habibi Ainun, atau bahkan Van Der Wijk.
Disini, Authornya meracik cerita dengan kejutan-kejutan, seperti anak kecil yang di suap es krim, ada dingin yang menyengat namun tetap terasa menenangkan saat lumer di mulut. Lalu, ada rasa kenyang akibat gombalan tak terduga yang datang bertubi-tubi.
Sesuai dengan judulnya, Dia adalah Dilanku 1990. Disitu ada jarak ruang dan waktu, memadukannya dalam konteks zaman now bukan perkara gampang. Fajar Bustomi merekonstruksi adegan dengan sangat nikmat.
Misal, saat Dilan merayu Milea di angkot: "Milea kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau nanti sore...," berkat ini, Dilan laris manis bak telepon pintar. Entah berapa kali rekonstruksi untuk adegan nikmat ini.
Sementara Beni, yang tak punya kemampuan linguistik kalah lirik oleh para netizen. Rupanya, Beni masih belum belajar kalau kata adalah senjata.
Adegan lain, matahari masih di kepala saat Milea berjalan menuju gerbang sekolahnya. "Kamu Milea, ya? Aku ramal, ..." belum juga Dilan menyelesaikan kalimatnya, sudah ketebak apa kalimat selanjutnya. ya, kan?
Hal ini menandai bahwa setiap adegan mampu menghipnotis penggemarnya. Kedengaran berlebihan memang. Tapi itu fakta. Gaya bertutur tokohnya menggambarkan norma dari sebuah kepekaan rasa, seolah kita ingin mengalaminya.
Tak heran, Pidi Baiq, imam besar The Panas Dalam ini, selalu memiliki cara bertutur yang manis. "Nanti kalau kamu mau tidur, percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh," muslihat Dilan meleburkan Milea melalui sambungan telepon.
Terkadang kalimat yang memantik renjana itu seringkali melekat dalam ingatan. Terjadi begitu saja tanpa kita berusaha mengingatnya. Itu sebabnya, kita masih bisa mendapati kalimat yang pernah di ucapkannya di timeline para netizen. Kadang di modifikasi agar tampil menohok centil, lucu, juga nakal.
Beni atau Dilan? tentu tidak sulit untuk menebak siapa pemilik Milea. Beni, melamunkan datangnya nasib yang masih menjadi tanya apakah akan berbunga-bunga atau malah berduri-duri. Sementara prajurit geng motor itu sudah memberitakan kemenangan.
Satu hal yang menarik, hilangnya Beni menjadi semacam penegasan bahwa film berdurasi 1 jam 50 menit ini begitu menghormati masa lalu. *