Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

Menyoal Sekitar

Manusia itu pemain sandiwara suka keluar masuk lewat pintu belakang yang dia protes yang dia lakukan Manusia juga pelupa kadang bicara sebagai refleksi bukan reaksi apalagi aksi Manusia itu aneh dan sinting muncul atas nama percepatan pembagunan tapi bingung mau diapakan akhirnya tersesat di tengah lautan Manusia itu pemimpi bicara kesejahteraan meyakinkan angkanya di bongkar pasang kemudian masuk keranjang jaminan Kita manusia

Will Newspapers Die Out?

Nandan arranged newspapers in pedestrian, Cikapundung A couple of years ago the wave of printed newspaper service was rapturous. But when digital platforms are going to shape up maturity, as Klaus Schwab called it fourth industrial revolution, the selling of printed newspaper providence has gradually decreased, replaced by digital subscribe, then bringing out the question about will the newspapers die out? As of 22nd of May 2018. It was in the morning on Tuesday, my watch showed a quarter past four. The sun even hadn't risen in Cikapundung area, Bandung municipality, as I arrived appropriately on the sidewalk of Soekarno Hatta avenue, where a lot of printing newspapers were arranged on the pedestrian walk by its sellers. Consisting of China's news, Singapura, Sunda, Indonesia and English. The area was definitely known as the central printing and distribution of periodic gazette since 1960s. One of the seller is Nandan. He justified that he has worked to market dai...

Rindu Tak Harus Menemukan

Kasihan! Merindukan, tapi tak sampai menemukan. Ungkapan tentang semua akan indah pada waktunya sepertinya pas jika dilekatkan pada sosoknya. Jumat malam. Kawasan Dayeuh Kolot, Bandung, tampak sepi. Di kejauhan hanya terdengar suara kodok dan gemercik gerimis malas yang berjatuhan pelan. Sementara itu, MR, yang menolak untuk disebutkan nama aslinya, bergegas membuat kopi. Di teras berukuran 4x5 meter itu, secangkir kopi menyertai suasana untuk menghayati sebuah lagu yang istilahnya, tak langsung tapi kena.  "Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku/di dalam hari-hari mu/bersama lagi... Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya/menahan rasa ingin jumpa" Demikian bunyi penggalan liriknya. Nampak mewakili perasaan pria berusia 22 Tahun ini. Sepintas, tiap liriknya menimbulkan tanya, tiap katanya bermakna ganda. Lalu, dengan rasa penasaran, tiba-tiba saja pertanyaan meluncur dari mulut MR: "Sebenarnya saya belum tahu persis apa maksudnya in...

Barusan Nonton Dilan

gambar diakses via google BANDUNG, -- Setiap cerita punya denyutnya. Itulah simpulan yang muncul setelah menyaksikan separuh filmnya. Tentu bukan perbandingan yang adil kalau disandingan dengan AADC atau pun Habibi Ainun, atau bahkan Van Der Wijk. Disini, Authornya meracik cerita dengan kejutan-kejutan, seperti anak kecil yang di suap es krim, ada dingin yang menyengat namun tetap terasa menenangkan saat lumer di mulut. Lalu, ada rasa kenyang akibat gombalan tak terduga yang datang bertubi-tubi. Sesuai dengan judulnya, Dia adalah Dilanku 1990. Disitu ada jarak ruang dan waktu, memadukannya dalam konteks zaman now bukan perkara gampang. Fajar Bustomi merekonstruksi adegan dengan sangat nikmat. Misal, saat Dilan merayu Milea di angkot: "Milea kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau nanti sore...," berkat ini, Dilan laris manis bak telepon pintar. Entah berapa kali rekonstruksi untuk adegan nikmat ini. Sementara Beni, yang tak punya kemampua...