China dirundung masalah. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Belum selesai dengan gejolak demonstrasi Hongkong, pemblokiran 5G Huawei, cyber war, perang dagang, hingga provokasi muslim Uighur, kini merebak virus korona tipe baru.
Yang disebut terakhir menostalgia kembali wabah SARS (severe acute respiratory syndrome) pada tahun 2003 dan H5N1 atau flu burung yang menjangkiti peternak ayam di China. Baik SARS maupun H5N1 adalah endemi yang juga bermula dari negeri tirai bambu itu.
Setelah ditelusuri, ternyata virus korona terbaru ini punya skala genosida sepuluh kali lebih besar ketimbang SARS, kata ahli virologi Universitas Hong Kong, Guan Yi, seperti dikutip Media Indonesia.
Namun dilihat dari asalnya, untuk sementara belum diketahui pasti. Para ahli masih bergelut di laboratorium. Disisi lain, Komisi Kesehatan Guangxi bekerja sama dengan Universitas Niangbo serta Natural Science Foundation melaporkan, bahwa virus ini bersumber dari ular kobra atau disebut juga ular Naja Atra.
Paparan jurnal tersebut merupakan hasil analisis genetika virus yang ditransmisikan dari hewan. Berkaca pada kasus SARS yang mulanya ditransmisikan dari pekerja restoran yang membeli dan menyembelih musang di pasar hewan. Kira-kira begitu juga permulaan wabah korona tipe baru atau lebih dikenal dengan singkatan 2019-nCoV ini.
Dampaknya, pihak otoritas China harus mengisolasi sejumlah kota di Provinsi Hubei. Hal ini tentunya memicu pelbagai spekulasi. Bukan tidak mungkin jika Beijing ingin memanfaatkan momentum 2019-nCoV untuk menumpas sejumlah perusahaan asal AS. Giliran Beijing melucuti korporasi paman sam. Istilahnya, ambil kesempatan dalam keterjepitan.
Yang paling kena sial adalah McDonald's yang menjual makanan cepat saji ayam. Kenapa ayam bisa terjangkit virus korona? itu lantaran ada proses rantai makanan antar hewan. Kabarnya, ribuan unggas telah terinfeksi dan McDonald's telah menutup semua restoran mereka di Provinsi Hubei. Termasuk di kota Wuhan. Akibatnya, pasti merugi. Apalagi perintah penutupan restoran itu dihimbau langsung oleh Xi Jinping demi menekan penyebaran korona —untuk tidak menyebut menekan penyebaran laba. Pasti McDonald's Trump tersenyum kecut.
Bukan hanya McDonald's yang kena sial. Ratusan gerai Starbucks di kota Wuhan dan sekitarnya juga harus berhenti mendulang yuan. Labanya pasti lah terjun bebas. Tidak percaya? coba buka website Starbucks, gerakkan cursor ke menu "find a store". Lalu ketik Wuhan di menu pencarian. Disana akan muncul lokasi gerai Starbucks lengkap dengan keterangan: closed.
Bagi Xi Jinping, penutupan McDonald's dan Starbucks belum cukup menggembirakan. Kenyataannya mereka juga menutup Disneyland, perusahaan asal California, Amerika, yang jaraknya cukup jauh dari titik nol virus, alias cuma 838 km dari kota Wuhan. Tentu ini berdampak buruk bagi pengelolah. Apalagi, ada momentum perayaan imlek atau Gong Xi Fat Cai dimana kunjungan ke tempat-tempat hiburan cenderung lebih tinggi dari hari biasa. Ini berarti laba Disneyland di Shanghai juga ikut tergelincir. Kasihan.
Setali tiga uang dengan Apple Inc. Berkilo-kilometer jauhnya dari Wuhan, alias di Shenzen, bertengger pabrik perakitan iPhone mendiang Steve Jobs. Saat tulisan ini diketik, puluhan ribu pekerjanya masih diliburkan. Tidak lain untuk mengantisipasi penyebaran virus korona. Akhirnya, proyeksi pertumbuhan bisnis Apple Inc bakal terpangkas. Berita buruk bagi pemegang saham. Tepuk jidat.
China memang cerdik melihat momentum. Setiap keputusan menggambarkan kepiawaian akal yang bahkan Sun Tzu sekalipun angkat jempol. Walakin, ada kesamaan antara Sun Tzu dan Xi Jinping, yakni tidak ada opsi menang-kalah. Harus setara: kalau kami kena virus, kami pastikan anda kehilangan dollar. Maklum, dollar dan mata uang renminbi sedang sensitif belakangan ini.
Menariknya, sejumlah korporasi asal China justru mengeruk untung semisal dari penjualan masker, antiseptik, vitamin, dan sarung tangan. Belum lagi perusahaan pencipta permainan gim yang mengandalkan model epidemi dengan serangkaian variabel. Semacam permainan gim virus-virusan yang bisa diunduh di playstore. Siapa lagi kalau bukan Tencent Holdings.
Bukan perkara mudah. Kemampuan mengambil peluang dalam situasi sulit adalah hal yang tidak semua orang bisa. Dalam banyak kasus, China berulangkali dirundung masalah. Sudah jatuh ditimpa tangga, namun mereka tetap bahu-membahu menghadapinya. "Kita punya kapasitas," kata Xi Jinping, yang membangun rumah sakit pasien korona dalam waktu seminggu tanpa dukun, meyakinkan warganya. Edan.
Memang bukan kaleng-kaleng martabat Negeri Panda ini. Saat dunia beramai-ramai mengabarkan kesulitan China akibat virus, yang terjadi malah sebaliknya. China sedang sibuk mendongkel korporasi AS disana. Barangkali mendepaknya keluar dari daratan China. (*/trah)
Namun dilihat dari asalnya, untuk sementara belum diketahui pasti. Para ahli masih bergelut di laboratorium. Disisi lain, Komisi Kesehatan Guangxi bekerja sama dengan Universitas Niangbo serta Natural Science Foundation melaporkan, bahwa virus ini bersumber dari ular kobra atau disebut juga ular Naja Atra.
Paparan jurnal tersebut merupakan hasil analisis genetika virus yang ditransmisikan dari hewan. Berkaca pada kasus SARS yang mulanya ditransmisikan dari pekerja restoran yang membeli dan menyembelih musang di pasar hewan. Kira-kira begitu juga permulaan wabah korona tipe baru atau lebih dikenal dengan singkatan 2019-nCoV ini.
Dampaknya, pihak otoritas China harus mengisolasi sejumlah kota di Provinsi Hubei. Hal ini tentunya memicu pelbagai spekulasi. Bukan tidak mungkin jika Beijing ingin memanfaatkan momentum 2019-nCoV untuk menumpas sejumlah perusahaan asal AS. Giliran Beijing melucuti korporasi paman sam. Istilahnya, ambil kesempatan dalam keterjepitan.
Yang paling kena sial adalah McDonald's yang menjual makanan cepat saji ayam. Kenapa ayam bisa terjangkit virus korona? itu lantaran ada proses rantai makanan antar hewan. Kabarnya, ribuan unggas telah terinfeksi dan McDonald's telah menutup semua restoran mereka di Provinsi Hubei. Termasuk di kota Wuhan. Akibatnya, pasti merugi. Apalagi perintah penutupan restoran itu dihimbau langsung oleh Xi Jinping demi menekan penyebaran korona —untuk tidak menyebut menekan penyebaran laba. Pasti McDonald's Trump tersenyum kecut.
Bukan hanya McDonald's yang kena sial. Ratusan gerai Starbucks di kota Wuhan dan sekitarnya juga harus berhenti mendulang yuan. Labanya pasti lah terjun bebas. Tidak percaya? coba buka website Starbucks, gerakkan cursor ke menu "find a store". Lalu ketik Wuhan di menu pencarian. Disana akan muncul lokasi gerai Starbucks lengkap dengan keterangan: closed.
Bagi Xi Jinping, penutupan McDonald's dan Starbucks belum cukup menggembirakan. Kenyataannya mereka juga menutup Disneyland, perusahaan asal California, Amerika, yang jaraknya cukup jauh dari titik nol virus, alias cuma 838 km dari kota Wuhan. Tentu ini berdampak buruk bagi pengelolah. Apalagi, ada momentum perayaan imlek atau Gong Xi Fat Cai dimana kunjungan ke tempat-tempat hiburan cenderung lebih tinggi dari hari biasa. Ini berarti laba Disneyland di Shanghai juga ikut tergelincir. Kasihan.
Setali tiga uang dengan Apple Inc. Berkilo-kilometer jauhnya dari Wuhan, alias di Shenzen, bertengger pabrik perakitan iPhone mendiang Steve Jobs. Saat tulisan ini diketik, puluhan ribu pekerjanya masih diliburkan. Tidak lain untuk mengantisipasi penyebaran virus korona. Akhirnya, proyeksi pertumbuhan bisnis Apple Inc bakal terpangkas. Berita buruk bagi pemegang saham. Tepuk jidat.
China memang cerdik melihat momentum. Setiap keputusan menggambarkan kepiawaian akal yang bahkan Sun Tzu sekalipun angkat jempol. Walakin, ada kesamaan antara Sun Tzu dan Xi Jinping, yakni tidak ada opsi menang-kalah. Harus setara: kalau kami kena virus, kami pastikan anda kehilangan dollar. Maklum, dollar dan mata uang renminbi sedang sensitif belakangan ini.
Menariknya, sejumlah korporasi asal China justru mengeruk untung semisal dari penjualan masker, antiseptik, vitamin, dan sarung tangan. Belum lagi perusahaan pencipta permainan gim yang mengandalkan model epidemi dengan serangkaian variabel. Semacam permainan gim virus-virusan yang bisa diunduh di playstore. Siapa lagi kalau bukan Tencent Holdings.
Bukan perkara mudah. Kemampuan mengambil peluang dalam situasi sulit adalah hal yang tidak semua orang bisa. Dalam banyak kasus, China berulangkali dirundung masalah. Sudah jatuh ditimpa tangga, namun mereka tetap bahu-membahu menghadapinya. "Kita punya kapasitas," kata Xi Jinping, yang membangun rumah sakit pasien korona dalam waktu seminggu tanpa dukun, meyakinkan warganya. Edan.
Memang bukan kaleng-kaleng martabat Negeri Panda ini. Saat dunia beramai-ramai mengabarkan kesulitan China akibat virus, yang terjadi malah sebaliknya. China sedang sibuk mendongkel korporasi AS disana. Barangkali mendepaknya keluar dari daratan China. (*/trah)