Di hadapan waktu, Kau kelopak melati yang merenta tua Sunyi, waktu dan resah yang bernyawa Yang separuh isinya telah tumpah ruah Di hadapan waktu, Kau jalan yang dipenuhi serpihan kaca Sebuah misi yang lebih tebal dari kawat duri Namun hilang entah kemana Sampai suatu hari, Kemarin yang terlanjur kau teteskan Hanya tinggal senyum dan potret usang Menyusunnya menjadi kenangan Demi entah, demi kelana Sepi tetap ada dimana-mana Ia bagaikan confetti di pesta ulang tahun Yang seringkali berakhir di dada Akh, jangan terlalu serius. (Kediri, 29 Januari 2018
Menulis kisah nyata, merawat ingatan.